Jadi Rebutan Dunia! Ditangan Jokowi Sederet Harta Karun RI yang Bikin Iri Negara Lain

  


Jakarta  - Indonesia dianugerahi sumber daya alam melimpah dan beraneka, termasuk dari sektor pertambangan. Di era modernisasi teknologi saat ini, komoditas tambang sangat diperlukan, termasuk untuk mendukung program energi baru dan terbarukan. Alhasil, "harta karun" RI ini mendulang iri sejumlah negara dan tak ayal menjadi rebutan dunia.

Berbagai "harta karun" RI ini nilainya tak tanggung-tanggung, bisa mencapai ribuan triliun rupiah. Apalagi beragam komoditas tersebut kini masih menjadi andalan dan primadona untuk meraih pundi-pundi penghasilan negara.

Di sisi lain, dengan potensi kekayaan SDA ini, pemerintah pun terus mendorong hilirisasi komoditas tambang demi meningkatkan nilai tambah, sehingga "harta karun" RI bisa diolah dengan maksimal.

Titah hilirisasi komoditas tambang bahkan telah berkali-kali disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bahkan, Presiden dengan tegas menyatakan akan segera menghentikan ekspor bahan mentah untuk produk tambang lainnya seperti bauksit, timah, hingga tembaga.

Lantas, apa saja daftar "harta karun" yang membuat iri banyak negara dan menjadi rebutan dunia? Berikut paparannya.

1. Batu Bara

Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan batu bara Indonesia mencapai sebanyak 31,7 miliar ton. Tahun ini produksi batu bara Indonesia ditarget mencapai 663 juta ton.

Sejatinya, penggunaan batu bara ke depan akan terancam tatkala dunia akan memasuki masa transisi energi dari energi fosil menuju energi bersih atau energi baru dan terbarukan (EBT), demi mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060.

Di Indonesia sendiri, penggunaan batu bara akan mulai terkikis, di mulai dari dihentikannya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 tahun 2022 tentang Percepatan Pembangunan Energi Baru Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Pengurangan penggunaan batu bara di Indonesia dinilai karena dunia iri dengan melimpahnya pasokan batu bara yang ada di Indonesia. Hal itu dikatakan lamgsung oleh Plh Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Djoko Widajatno dalam Wbinar Bedah Buku Tambang Transformatif.

Ia bilang, banyak negara memang yang berusaha mengurangi efek dari emisi gas rumah kaca hingga CO2, salah satunya adalah dengan mengurangi penggunaan batu bara. Namun dalam kacamata Djoko, negara-negara tersebut masih banyak yang mencari energi paling murah.

Adapun energi paling murah ini adalah batu bara. "Dunia iri kepada Indonesia, karena iri kita di desak untuk mengurangi pemakaian energi fosil, tapi bagaimana caranya kita bisa menggunakan energi bersih tanpa mengurangi energi fosil," ungkap dia, Senin (26/9/2022).

Ia mengatakan, bahwa ada peneliti dari Swiss yang melakukan penelitian di Indonesia atas penggunaan batu bara. Di mana, Emisi CO2 dari Indonesia yang dihasilkan dari Indonesia hanya 2% untuk efek Dunia.

"Apa artinya 2%, kenapa kita sibuk dengan mencari pinjaman untuk energi baru terbarukan dan sebagainya. Apakah kita tidak termasuk yang paranoid?" ungkap dia.

2. Nikel

Cadangan nikel RI menjadi yang terbesar di dunia. Data Kementerian ESDM 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia", menyebut cadangan logam nikel yang dimiliki RI sebesar 72 juta ton Ni (nikel).

Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.

Sementara untuk bijih nikel, berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2020, total sumber daya bijih nikel mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, di mana kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliar ton.

Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.

Nikel memiliki banyak kegunaan mulai dari bahan baku pembuatan baterai untuk kendaraan listrik hingga bahan baku kendaraan listrik itu sendiri, sehingga RI menjadi incaran asing karena kekayaan sumber daya alam nikel ini.

Nilai tambahnya pun tidak perlu diragukan lagi. Berdasarkan pemaparan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana pada webinar awal bulan ini, pengolahan bijih nikel kadar rendah (limonit) menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 11,4 kali.

Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4 kali. Jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5 kali dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7 kali.

Sementara bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1 kali. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7 kali.

Selanjutnya, jika diproses menjadi precursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6 kali, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6 kali, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6 kali.

3. Logam Tanah Jarang

Indonesia memiliki 'harta karun' super langka dalam hal ini logam mineral tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (RRE). 'harta karun' super langka ini pun hanya tersebar di beberapa lokasi saja dengan jumlah cadangan 1,5 miliar ton.

Lantas, di mana sajakah lokasi sebaran 'harta karun' super langka ini?

Berdasarkan "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Kementerian ESDM pada 2017, logam tanah jarang ini tersebar di beberapa daerah, antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, dan Papua.

'Harta karun' super langka ini akan semakin diincar dunia ke depannya karena dibutuhkan untuk bahan baku komponen teknologi canggih, seperti baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), hingga peralatan senjata atau industri pertahanan dan kendaraan listrik.

Dari ke-17 unsur logam tanah jarang tersebut, enam di antaranya sangat diperlukan untuk pengembangan kendaraan listrik, yaitu lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd) untuk baterai, praseodymium (Pr), neodymium (Nd), terbium (Tb), dan dysprosium (Dy) untuk generator dan motor listrik.

Berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2019, cadangan logam tanah jarang terbesar dunia terdapat di China. Selain penyimpan logam tanah jarang terbesar di dunia, China juga merupakan produsen LTJ terbesar di dunia.

Tak ayal, bila harga jual dari logam tanah jarang tersebut menggunakan indeks mata uang China, yuan.

Adapun salah satu logam tanah jarang yang dijual di pasar yaitu neodymium (Nd). Mengutip tradingeconomics, neodymium adalah bahan magnet permanen terkuat yang pernah ditemukan. Ini banyak digunakan di mikrofon, pengeras suara profesional, headphone, hard disk komputer, kendaraan listrik, dan juga generator. Ini adalah mineral tanah jarang yang sebagian besar diekstraksi di China, Amerika Serikat, Brasil, India, Sri Lanka, dan Australia.

Mengutip tradingeconomics, harga neodymium di pasar pada Rabu (28/09/2022) tercatat sekitar 883.770 yuan China (CNY) per ton atau setara Rp 1,87 miliar per ton (asumsi Rp 2.114 per CNY).

Harga neodymium ini terlihat meningkat sejak awal 2021 di mana pada awal tahun 2021 harga berada di kisaran CNY 620.551 atau sekitar Rp 1,38 miliar per ton. Bahkan, pada Oktober 2020 harganya hanya sekitar CNY 423.810 atau sekitar Rp 941 juta per ton.

Harga ini tentunya masih jauh berbeda dibandingkan dengan harga batu bara, meski harga batu bara melejit ke atas US$ 400 per ton.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

JOKOWI UCAPKAN SELAMAT HARI ULANG TAHUN TNI ANGKATAN UDARA KE-77

GANJAR PRANOWO CEK PERSIAPAN MISA PASKAH DI GEREJA SANTO ANTONIUS

Mantap! Forum G20 Jadi Sarana Indonesia Mempercepat Transformasi Digital